page

Jumat, 27 April 2012

Dzuriyyah Rasul SAW ( shohibul ratib Alaydrus )



سيدنا القطب الحبيب عبدالله بن ابو بكر العيدروس

Nasab Al-habib Imam Abdullah Al- Aydrus ra : Al-habib Imam Abdullah Al-Aydrus bin Abu Bakar As-Sakran bin Sayyidina Syekh Al-Imam Al-Qutb Abdurrahman As-segaf bin Syekh Muhammad Maula Ad-Dawilayh bin Syekh Ali Shohibud Dark bin Sayyidina Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam muhammad bin Sayyidina Ali bin Sayyidina Al- Imam Muhammad Shohib Marbat bin Sayyidina Al-Imam Kholi Qosam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma âah bin Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al- Imam Ja âfar As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al- Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al- Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu Anhum Ajma âin. Imam Abdullah lahir di Tarim pada tanggal sepuluh Dzulhijjah tahun 811 hijriyah. Kakeknya Abdurahman Assaqqaf merasa senang dengan kelahirannya dan berkata: Dia adalah seorang sufi dan gelarnya Alaydrus. Alaydrus adalah gelar auliya dan nama seorang ahli sufi besar. Beliau pemimpin para sufi di zamannya, sesuai dengan doa ayahnya yang meminta kepada Allah dalam khalwatnya agar memberinya keturunan yang soleh dan berbakti, mempunyai derajat dan nama besar. Kakeknya wafat ketika ia berusia delapan tahun dan selanjutnya beliau dididik oleh ayahnya dengan didikan yang sempurna. Ketika berusia enam belas tahun ayahnya pun wafat dan selanjutnya beliau dididik oleh pamannya Syaikh Umar Muhdhar dan menikahkan dengan anak perempuannya. Pamannya selalu mengajarkan jalan para ulama sholihin dan memakaikannya pakaian suf, Syaikh Abdullah berkata: "Saya diajari oleh pamanku tentang rahasia nama-nama Allah dan saya belajar pula kepadanya ilmu-ilmu hitungan". Beliau belajar alquran kepada Syaikh Muhammad bin Umar Ba'alawi, belajar fiqih kepada al-Faqih Saad bin Ubaidillah bin Abi Ubaid, Syaikh Abdullah Baharawah, al-Faqih Abdullah Baghusair, al-Faqih Ali bin Muhammad Abi Ammar. Imam Abdullah mulai bermujahadah ketika berusia tujuh tahun, beliau juga pernah berpuasa selam tujuh tahun dan berbuka hanya dengan tujuh butir kurma, tidak makan apapun selain itu. Beliau berkata: "Pada awalnya aku menelaah kitab-kitab fiqih dan mendorong aku untuk bermujahadah dengan memperbanyak lapar, walaupun ibuku menyuruhku untuk makan". Beliau pernah lebih dua puluh tahun tidak tidur baik malam maupun siang, sehingga derajat beliau menjadi Syaikhul Akbar, beliau selalu menutup diri dari ketenaran. Murid-murid Imam Abdullah di antaranya saudaranya Syaikh Ali bin Abi Bakar Sakran, Syaikh Umar bin Abdurahman Shahibul Hamra', Syaikh Abdullah bin Ahmad Baaktsir, Sayid Ahmad Qasam bin Ali Syaibah, Syaikh Muhammad bin Ali al-Afif al-Hajrani. Beliau selalu melazimkan membaca kitab Ihya Ulumuddin dan hampir saja beliau hafal kitab tersebut serta menganjurkan kepada murid dan sahabatnya untuk membaca dan mengkajinya. Sebaliknya beliau melarang sahabatnya untuk mengkaji kitab Futuhat al- Makiyyah dan beliau memerintahkan untuk berkhusnu zhon saja kepada Syaikh Muhyiddin Ibnu Arabi bahwa beliau adalah salah satu auliya' Allah. Berkata Syaikh Jamaluddin Az- Za'faroni: "Syaikh Abdulloh adalah ayat dari ayat-ayat Allah, kakeknya Abdurahman Assaqqaf sangat menyayanginya dan memberi rahasia ilmu kepadanya". Berkata Syaikh Abu Bakar As-sakran: "Anakku Abdullah adalah salah satu sufi besar, bau harum dari harumnya Rasulullah saw, salah satu wali quthub". Sedangkan pamannya Syaikh Umar Muhdhar berkata: "Sesungguhnya aku kawinkan putriku dengan anak saudaraku karena pada beliau terdapat kehormatan semua bani Alawi, beliau telah menjadi wali quthub pada usia tujuh tahun". Imam Abdullah menginfaqkan hartanya untuk kaum fuqara dan masakin, sangat tawadhu' terhadap kaum faqir miskin, tegas terhadap para penguasa sehingga para raja cinta dan tunduk kepadanya, lembut perkataannya. Berkata Syaikh Izzudin bin Abdi salam: "Tidak ada orang yang keramatnya sama dengan maqom al-Quthub Ar-Rabbani Abdul Qadir Jailani kecuali Syaikh Ali Husin As-Sadzilli dan Syaikh Abdullah bin Abi Bakar al-Alaydrus". Di antara keramatnya adalah beliau dapat berbicara dengan orang yang telah meninggal dunia, berjalan di atas air, berbicara dengan bahasa hewan, doanya mustajab seketika, melihat sesuatu yang sangat jauh hanya dengan membalikkan hijab, dapat melihat manusia yang mempunyai sifat seperti binatang sebagaimana wujud aslinya. Kitab yang dibaca di antaranya Tanbieh, Minhaj, Khulashoh. Dalam hal ilmu tauhid dan hakikat, beliau berkata dengan perkataan yang lembut: "Jika aku ingin, aku dapat menafsirkan huruf alif hingga seratus jilid, tapi itu tidak aku lakukan". Beliau mengarang kitab berjudul 'al-Kibrit al-Ahmar' dan mensyarahkan qasidah yang dikarang oleh pamannya Syaikh Umar Muhdhar. Sebagian ulama kasyaf melihat bahwa Rasulullah saw memuji Syaikh Abdullah dengan pujian yang agung, yaitu: "Abdullah adalah anakku, rahasiaku , darah dagingku, hidupku, tulangku, pewaris sunnahku" Imam Abdullah Alaydrus wafat pada hari Minggu sebelum waktu zawal tanggal dua belas Ramadhan tahun 865 hijriyah. Beliau seorang Sayid, Imam para wali dan orangnya orang sholeh ( Al- qutub ). Beliau dijuluki  Abu Muhammad dan bergelar  Al- aydrus ( artinya ketua orang-orang tasawuf ) dan dilahirkan di kota Tarim pada 10 Zulhijah 811 H/1393 M. Ayah beliau Al habib Abu Bakar As sakran bin Al habib Imam Abdurrahman Assegaf dan ibunda beliau adalah Mariam, putri Syech Ahmad bin Muhammad Barussyaid. Beliau belajar Al-qur’an dari seorang guru besar Syech Muhammad bin Umar Ba Alwi dan belajar ilmu fiqih dari guru-guru ahli fiqih:Syech Sa’ad bin Ubaidillah bin Abi Ubeid,Syech Abdullah Bahrawah, Syech Abdullah Bagasyn, Syech Abdullah bin Muhammad bin Amar,dll. Beliau mempelajari dan memperdalam kitab Tanbih dan Minhaj dan senang membaca kedua kitab tersebut, karena sangat cinta pada kedua pengarang kitab tersebut. Beliau mempelajari tasawuf dari seorang guru Al-imam Syech Umar Muhdar dan membekali dirinya sebagai seorang sufi ( ahli tasawuf ). Dan sangat gemar membaca kitab-kitab karangan Imam Ghazali, terutama kitab Ihya Ulumudin, hingga hapal dan pindah ke batinnya. Beliau sangat memuji pengarangnya. Beliau mengarang kitab Al kibritul Ahmar dan syarahnya dalam bentuk syair untuk paman Al habib Syech Umar Muhdar. Antara lain kata- kata beliau: “Bagi saya sama saja pujian dan makian, lapar dan kenyang, pakaian mewah dan rendah, lima ratus dinar atau dua dinar’’.Sejak kecil hatiku tidak pernah condong selain kepada Allah SWT dan bagaimana hatiku bisa tenang, apabila badan saya berbalik kanan, saya melihat surga, dan apabila berbalik ke kiri, saya melihat neraka.Beliau sangat takut kepada Allah SWT dan sangat tawadhu, beliau tidak pernah merasa dirinya lebih baik dari siapapun mahluk Allah SWT, bahkan binatang sekalipun. Beliau senantiasa bersujud di tanah, karena merendahkan dirinya dihadapan Allah swt; dan beliau selalu membawa sendiri keperluannya dari pasar dan tidak mengizinkan orang lain membawakannya, dan senantiasa duduk di tempat yang rendah dan senantiasa berjalan kaki ke tempat-tempat yang jauh dan kerap kali meminum air hujan. Demikianlah beliau memerangi hawa nafsu keduniaan sejak usia 6 tahun; dan berpuasa salama 2 tahun dengan buka puasanya tidak lebih dari 7 butir kurma, kecuali di malam-malam tertentu, dimana ibunya datang membawa sedikit makanan untuk beliau; yang mana beliau memakannya semata-mata untuk menyenangkan hati ibunya. Gurunya Al habib Umar Muhdar berkata : “Aku mengawinkan putriku Aisyah dengan keponankanku Habib Abdullah Al-Aydrus, disebabkan aku mendapatkan isyarat dari sesepuhku.Al habib Muhammad bin Hasan Al Mu’alim Ba Alwi, berkata: “Al Habib Abdullah Al Aydrus mendapatkan Maqom yang tidak dapat didapati oleh orang lain, baik sebelum maupun sesudahnya”. “ Al Habib Abdullah Al Aydrus telah banyak mendapat pujian dari orang- orang besar, para wali dan para guru, antara lain : Kakeknya Al Habib Imam Abdurrahman bin Muhammad Assegaf, Ayahnya Al Habib Imam Abu Bakar As Sakran,Pamannya Al Habib Syech bin Abdurrahman Assegaf ,Al faqih Al Habib Muhammad bin Ali maula Aidid,Saudaranya Al Habib Ali bin Abu Bakar As Sakran ,Syekh Sa ad bin Ali Al Manhaj, Syekh Abdullah bin Thohir Al Douani, Pemuka sufi wanita Al Zubaidiyah, Syekh Ahmad bin Muhammad Al jabaruti, Syekh Umar bin Said Bajabir, Syech Husen Al Ghorib, Syekh Ma’ruf bin Muhammad Ba Abbad, Syekh Muhammad Ba harmuz, Syekh Abdurrahman Al Khotib, pengarang kitab Al Jauhar. Sebagian para wali mimpi bertemu Rasulullah SAW, yang memuji Al habib Imam Abdullah Al aydrus dengan sabdanya:“Ini anakku, ini ahli warisku, ini darah dagingku, ini rahasiaku, ini ahli waris sunahku, orang-orang besar akan mempelajari ilmu thareqat darinya”. Diantara orang besar yang mengambil & belajar ilmu thareqat kepada beliau, antara lain :saudaranya sendiri Habib Ali bin Abu bakar As Sakran, Habib Umar Ba ‘Alawi ( pengarang kitab Al hamrah ),Pengarang kitab Faturrohim Al Rahman, Syekh Abdullah bin Abdul Rahman Bawazier,  Al ‘Alamah Syekh Abdullah bin Ahmad Baksir Al Makki. Al habib Abdullah Al Aydrus, wafat pada hari Ahad sebelum waktu Zuhur tanggal 12 Ramadlan 865 H/1446 M; dalam perjalanan dakwahnya di kota Syihir, tepatnya di daerah Abul, dimakamkan di kota Tarim dan dibangun kubah di atas pusaranya. Beliau wafat dalam usia 54 tahun. Beliau meninggalkan 8 anak (4 putra dan 4 putri ) :
1.Abu bakar Al adni(wafat tahun 914 H) keturunnya:
     a. Fathimah
     b. Muznah (ibu Fathimah bt. Abdullah bin Alwi Alaydrus)
     c. Fulanah
     d. Ahmad al- Musawa (ibunya Bahiyah bt. Syaikh Ali) keturananya :
           - Muhammad dan Aqil (tidak ada keturunan)
2. Syech bin Abdullah Alaydrus. (wafat di Tarim tahun 919 H) keturunanya
      a. Abdullah (wafat tahun 944 H) keturunanya
          - Muhammad
          - Abu Bakar (tidak ada keturunan)
          - Husin (kakek dari keluarga al-Sholaibiyah di Hindi)
             al-Alamah Sayid Ali bin Abdullah Sohib 'Surot' (wafat tahun 1131 H)
            Keturunannya berada di Tarim (1307 H) diantaranya Hasan bin Alwi al- Sholaibiyah.Dan keturunannya yang lain berada di Tsuwairi, Jawa dan Thaif. Selain keluarga al-Shulaibiyah, Husin juga kakek dari keluarga Abdurahman bin Alwi bin Muhammad di Habasyah
v Syech (Shohib Ahmad Abad, wafat tahun 990 H)
a.     Ahmad shohib Buruj (tidak ada keturunan)
b.     Abdul Qadir (dikenal dengan Ahmad Abad, wafat th 1034 H)
c.      Abdullah, keluarganya di Tarim, wafat ketika sujud pada shalat Ashar malam Jum'at tahun 1019 H
          -  al-Alamah Muhammad (wafat di Surot tahun 1031 H)
      1. Abdullah (wafat di Rubat Zubaidi tahun 1090 H)
       2. Abdullah (wafat di Sihir tahun 1076 H)
·        Syech (tidak disebutkan mempunyai keturunan)
·        Husin (keluarganya di Soir)
·        Ahmad (keluarganya di dekat Surot) Al Bin Umar
·        Abu Bakar (anaknya bernama Muhammad)
·        Umar (kakek keluarga bin Umar di Syihir) Al Zein Bin Muhammad
·        Muhammad (Kakek keluarga Abdullah bin Ja'far di Pontianak, Teluk Belanga dan Jawa) Keluarga al Zein bin Muhammad bin Ja'far di Palembang dan Pekalongan. Al Abi Bakar Bin Muhammad Keluarga Abi Bakar bin Muhammad bin Ja'far di Ramlah dan Jawa.
             - Zainal Abidin bin Abdullah bin Syech bin Abdullah (al-Naqib al- Saadah), wafat tahun 1041 H.mempunyai 4 orang anak laki, 3 (tiga) diantaranya terputus keturunannya. Sedangkan 1 (satu) orang anaknya yang mempunyai keturunan bernama: Mustofa mempunyai 5 orang anak laki, yaitu:
·        al-Allamah Zainal Abidin (murid Habib Abdullah bin Alwi al- Haddad)
·        Ja'far Shodiq keturunannya terputus
·        Abdurahman
·        Abdullah
·        Syech keturunanya
§  Shadiq (keturunannya terputus)
§  Ahmad (keturunannya di Tanah Melayu)
§  Idrus (keturunannya di Tarim)
§  Mustofa (keturunannya di Tarim, diantaranya anaknya yang bernama Abdurahman bin Mustofa, Keluarga Muhammad, Keluarga Zain di Trengganu dan Jawa)
3. Husin bin Abdullah Alaydrus. (wafat di Tarim tahun 917) keturunannya
a. Ahmad (wafat tahun 928 H)
·        Abdullah (Shohib Thoqoh, wafat di Tarim tahun 1025 H)
§  Abu Bakar (keturunannya di India)
§  Abdurahman (keturunannya di India)
§  Ahmad
a.     Umar (anaknya bernama Ali)
b.     Muhammad (keturunannya di Malabar)
c.      Alwi (shohib Taribah, wafat di Taribah th 1119 H)
 Al Umar bin Zein (Taribah, Jawa, Bali, India)
 Al Ja'far (Taribah, India, Jawa)
 Al Muhdhor dan Hasan (Taribah, Jawa)
 Al Hasan (Bali, India)
 Al Ali (Ahsa')
 Al Husin (India, Bajapur)
 Al Idrus (Malabar, Jawa)
 Al Ismail bin Ahmad (Taribah, Jawa, India)
d.     Alwi (shohib Tsibi, wafat di Tarim tahun 1055 H)
> Husin, keturunannya al-Mahjub Husin bin Abdullah bin  Alwi shohib Maqthob Tsibi, wafat tahun 1173 H
a.     Al Ali bin Husin (Malabar)
b.     Al Abdurahman bin Alwi (Tsibi, Jawa)
c.      Al Alwi bin Muhammad (Maqthab)
d.     Al Muhammad bin Alwi (Malabar)
                                  > Abdurahman
                                  > Hasan (shohib Ridhah)
                                        a. Al Ahmad (Ridhoh)
                                        b. Al Abi Bakar bin Ali (Ridhoh, Jawa)
                                        c. Al Idrus bin Abdurahman (Jawa)
                                        d. Al Alwi bin Abdullah (Suma'ah, Jawa)
                                        e. Al Idrus bin Abdullah (Ridhoh)
         b. Muhammad (wafat tahun 1012 H)
·        Alwi
·        Husin keturunannya terputus
·        Abu Bakar
·        Ahmad
·        Ali
a.      Muhammad (keturunannya di Maighab dekat Syibam)
b.      Husin
Ø Umar Keturunannya terputus
Ø Abdullah Keturunannya terputus, diantaranya Sayid Husin bin Abi Bakar bin Abdullah (shohib maqam luar batang, Jakarta)
Ø Ahmad (keturunannya di Syibam, diantaranya al-Faqih al-Mujtahid Hasan bin Abdullah bin Husin, wafat di Makkah tahun 1297 H, keturunannya di Jawa dan Bali)
Ø Ali (keturunannya di Malabar)
Ø Muhammad (kakek keluarga Ahmad bin Abdullah Syarim di Syibam, Jawa dan Du'an.
Ø Abu Bakar (keturunannya terputus di Syibam dan Maiqab. Keturunan Abbas bin Abdullah di Jawa)
·        Abdurahman
a.     Muhammad (wafat di Tarim tahun 1112 H)
Ø Abu Bakar (ayah dari Az-Zahid Muhammad bin Abi Bakar, wafat di Tarim tahun 1204 H Keturunannya terputus di Tarim. Dan Beliau juga kakek dari keluarga Husin bin Abi Bakar di Jambi dan Palembang)
Ø Abdurahman (shohib kitab 'al- Dasytah', wafat di Tarim tahun 1113 Hijriyah. Anaknya yang memberi keturunan bernama Ahmad shohib Hazm dekat Syibam, keturunannya di Hazm dan Jawa)
·        Alwi bin Abdullah Alaydrus. (wafat di Tarim tahun 875 H)
a.     Abdullah
Ø Umar (wafat di Aden tahun 1000 H)
§  Muhammad (keturunannya di Abin dan Aden)
§  Ahmad (keturunannya di Abin dan Aden)
4       Abu Bakar (keturunannya di Boor, Zhufar dan Jawa)
5       Alwi, mempunyai seorang anak bernama Abdullah wafat di Boor tahun 1145 H
§  Alwi (kakek keluarga Alwi bin Salim di Salilah dekat Boor, Boor dandi Jawa)
§  Umar (keturunannya di Boor dan Jawa) iii. Husin (keturunannya di Boor dan Jawa)
§  Husin (keturunannya di Boor dan Jawa)
6       Al-Alim Abu Bakar (wafat di Tarim tahun 985 H/ Kakek dari Ahmad al-Muhtaji bin Alwi wafat di Boor tahun 1104 H)
4. Muhammad bin Abdullah Alaydrus. (keturunannya terputus)
5. Ruqayah
6. Khadijah (ibu Abdurahman bin Umar bin Syaikh Ali)
7. Umul kulsum(ibu dari sbg anak-anak Muhammad bin Syaikh Ali),
8. Bahiyah (istri Umar bin Abu Bakar al-Jufri)



    
Nasehat-nasehat Al Habib Abdullah Al Aydrus yang tertuang dalam kitab Al kibritul Ahmar :
“ Peraslah jasadmu dengan mujahadah ( memerangi hawa nafsu dunia ) sehingga keluar minyak kemurnian.”
 “ Barangsiapa yang menginginkan keridhaan Allah, hendaklah mendekatkan diri kepada Allah swt, karena keajaiban dan kelembutan Allah terdapat pada akhir malam.”
” Siapapun dengan penuh kesungguhan hati mendekatkan diri kepada Allah swt, maka terbukalah Khazanah Allah swt.”
”Diantara waktu yang bernilai tinggi, merupakan pembuka perbendaharaan Ilahi, diantara zuhur dan Ashar, Magrib dan Isya dan tengah malam terakhir sampai Ba’da Subuh.”
”Sumber segala kebaikan dan pangkal segala kedudukan dan keberkahanakan dicapai melalui ingat mati, kubur dan bangkai.”
“Keridhoan Allah swt dan Rasulnya terletak pada muthalaah ( mempelajari dan memperdalam ) Al qur ‘an dan hadits serta kitab- kitab agama islam.”
“Meninggalkan dan menjauhi Ghibah adalah Raja atas dirinya, menjauhi namimah (mengadu domba) adalah Ratu dirinya, baik sangka kepada orang lain adalah wilayah dirinya, duduk bercampur dalam majlis dzikir adalah keterbukaan hatinya.”
” Kebaikan seluruhnya bersumber sedikit bicara ( tidak berbicara yang jelek didalam bertafakur tentang Ilahi dan ciptaannya terkandung banyak rahasia.)”
”Jangan kau abaikan sedekah pada setiap hari sekalipun sekecil atom; perbanyaklah baca Al qur ‘an setiap siang dan malam hari.
“Ciri-ciri orang yang bahagia adalah mendapatkan taufik dalam hidupnya, banyak ilmu dan amal serta baik perangi maupun tingkah lakunya.”
“Orang yang berakal adalah yang diam (tidak bicara sembarangan)”
” Orang yang takut pada Allah swt adalah orang yang banyak sedih (merasa bersalah)”
“Orang yang Roja âE ( mengharap Ridho Allah ) adalah orang yang banyak melakukan ibadah .”
”Orang yang mulia adalah yang bersungguh-sungguh dalam kebaikan dan ridho Allah swt yang didambakan hidupnya.”
“Orang yang bertaubat adalah yang menyesali perbuatannya, menjauhi pendengaran yang tidak bermanfaat, dan mendekatkan diri kepada Allah swt.”
 ( Dikutip dari buku Majlis zikir Ratib Syamsi Syumus )


Beliau
ialah penyusun Ratib Alaydrus yang sering dibaca di beberapa majlis
taklim, marga beliau bergelar Alaydrus yang artinya ketua orang-orang
tasauf.

Beliau lahir di Tarim pada 10 Zulhijjah 811H. Ayah beliau
bernama Habib Abu Bakar Sakran dan ibunya bernama Mariam dari seorang
zuhud bernama Syeikh Ahmad bin Muhammad Barusyaid.
Habib
Abdullah Alaydrus bin Abu Bakar Sakran seorang wali qutub (imamnya para
wali) dan seorang ahli sufi. Sejak kecil beliau gemar sekali membaca
karya-karya ulama termasyhur seperti kitab Ihya ulumudin karangan Imam
Ghazali hingga beliau hampir hafal kerana seringnya membacanya.

Beliau
selalu tawaduk, beliau selalu duduk di atas tanah dan senantiasa sujud
di tanah sebagai rasa bahawa dirinya tidak ada apa-apanya di hadapan
Allah SWT. Kerap kali beliau mengangkat sendiri barang-barang
keperluannya dan tidak memperkenankan orang lain untuk membantu
membawanya. Beliau selalu berjalan ketempat-tempat yang jauh untuk
taklim kepada seorang ulama. Jika merasa haus beliau meminum air hujan.

Menurut
cerita beliau selalu menjalankan puasa-puasa sunat selama dua tahun dan
berbuka hanya dengan 2 biji kurma. Kecuali pada malam-malam tertentu di
mana ibunya datang membawakan makanan kepada beliau. Lantas beliau
memakannya sebagai penghormatan kepada ibunya. Beliau melakukan puasa
tersebut untuk mengekang hawa nafsunya, karena dari sumber makanan,
perut terlalu kenyang bisa menyebabkan orang malas untuk beribadah dan
selalu menuruti hawa nafsunya.
Beliau berguru kepada ulama-ulama besar seperti:
- Syeikh Muhammad bin Umar Ba’alawi
- Syeikh Sa’ad bin Ubaidillah bin Abi Ubei
- Syeikh Abdullah Bagasyin
- Syeikh Abdullah Bin Muhammad Bin amar
- Syeikh Umar Muhdor (mertua nya seorang ulama ahli sufi)
Beliau
menikah dengan anak gurunya Habib Umar Muhdor yang bernama Syarifah
Aisyah karena Habib Umar Muhdor mendapat isyarat dari para pendahulunya
untuk menikahkan anaknya dengan Habib Abdullah Alaydrus. dan Beliau
dianugerahkan lapan anak empat putera dan empat puteri.
Beberapa
ulama memuji Habib Abdulloh Alaydrus di dalam karangannya diantaranya
Al-Yafie dalam kitab Uqbal Barahim al-Musyarokah, muridnya Habib Umar
bin Abdurrahman Ba’alawi dalam kitabnya Al-Hamrah mereka menceritakan
tentang manaqib, kewaliaan dan karamah-karamah beliau yang terjadi
sebelum dan sesudah beliau dilahirkan.
Sebahagian para auliya bermimpi bertemu dengan Rosulullah s.a.w. dan memuji Habib Abdullah Alaydrus dengan sanadnya, ”Ini
anakku…ini ahli warisku…..ini darah dagingku…..ini rahsiaku…..ini ahli
waris sunnahku….orang-orang besar akan mempelajari ilmu tarekat
darinya”.
Diantara yang mengambil dan belajar tarekat dari beliau ialah Habib Ali bin Abu Bakar Sakran, Habib Umar Ba’alawi dan lain-lain.
Habib
Abdullah Alaydrus menghembuskan nafas yang terakhirnya pada 12 Ramadhan
865H dalam usia 54 tahun dan dimaqamkan di Tarim, Hadramaut, Yaman.
Karya beliau selain Ratib Alaydrus ialah kitab Alkibritul Ahmar dan syarahnya dalam bentuk syair.


Nasehat Habib Abdullah bin Abubakar As-Sakran Al-Idrus 

• Peraslah jasadmu dengan mujahadah ( memerangi hawa nafsu dunia ) sehingga keluar minyak kemurnian.

• Barangsiapa yang menginginkan keridhaan Allah, hendaklah mendekatkan diri kepada Allah swt, karena keajaiban dan kelembutan Allah terdapat pada akhir malam.

• Siapapun dengan penuh kesungguhan hati mendekatkan diri kepada Allah swt, maka terbukalah Khazanah Allah swt.

• Diantara waktu yang bernilai tinggi, merupakan pembuka perbendaharaan Ilahi, diantara zuhur dan ‘Asar, Magrib dan Isya dan tengah malam terakhir sampai Ba’da Subuh.

• Sumber segala kebaikan dan pangkal segala kedudukan dan keberkahan akan dicapai melalui ingat mati, kubur dan bangkai.

• Keridhoan Allah swt dan Rasulnya terletak pada muthalaah( mempelajari dan memperdalam ) Al qur’an dan hadits serta kitab-kitab agama islam.

• Meninggalkan dan menjauhi Ghibah adalah Raja atas dirinya, menjauhi namimah (mengadu domba) adalah Ratu dirinya, baik sangka kepada orang lain adalah wilayah dirinya, duduk bercampur dalam majlis dzikir adalah keterbukaan hatinya.

• Kebaikan seluruhnya bersumber sedikit bicara ( tidak berbicara yang jelek didalam bertafakur tentang Ilahi dan ciptaannya terkandung banyak rahasia.)

• Jangan kau abaikan sedekah pada setiap hari sekalipun sekecil atom; perbanyaklah baca Al qur ‘an setiap siang dan malam hari.

• Ciri-ciri orang yang bahagia adalah mendapatkan taufik dalam hidupnya, banyak ilmu dan amal serta baik perangi maupun tingkah lakunya.

• Orang yang berakal adalah yang diam (tidak bicara sembarangan)

• Orang yang takut pada Allah swt adalah orang yang banyak sedih (merasa bersalah)

• Orang yang Roja’ ( mengharap Ridho Allah ) adalah orang yang banyak melakukan ibadah

• Orang yang mulia adalah yang bersungguh-sungguh dalam kebaikan dan ridho Allah swt yang didambakan hidupnya.

• Orang yang bertaubat adalah yang menyesali perbuatannya, menjauhi pendengaran yang tidak bermanfaat, dan mendekatkan diri kepada Allah

Tidak ada komentar: