Sayyidina Umar bin Khattab RA
"Ya Allah...buatlah Islam ini kuat dengan
masuknya salah satu dari kedua orang ini. Amr bin
Hisham atau Umar bin Khattab." Salah satu dari doa Rasulullah pada saat Islam masih dalam tahap awal
penyebaran dan masih lemah. Doa itu segera dikabulkan oleh Allah.
Allah memilih Umar bin Khattab sebagai salah satu pilar kekuatan islam,
sedangkan Amr bin Hisham meninggal sebagai Abu Jahal.
Umar bin Khattab dilahirkan 12 tahun setelah kelahiran Rasulullah
saw. Ayahnya bernama Khattab dan ibunya bernama Khatmah. Perawakannya
tinggi besar dan tegap dengan otot-otot yang menonjol dari kaki dan tangannya,
jenggot yang lebat dan berwajah tampan, serta warna kulitnya coklat kemerah-merahan.
Beliau dibesarkan di dalam lingkungan Bani Adi,
salah satu kaum dari suku Quraisy. Beliau
merupakan khalifah kedua didalam islam setelah Abu Bakar As Siddiq.
Nasabnya adalah Umar
bin Khattab bin Nufail
bin Abdul Uzza bin Riyah
bin Abdullah bin Qarth
bin Razah bin 'Adiy
bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib.
Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi pada kakeknya Ka'ab. Antara beliau
dengan Nabi selisih 8 kakek. lbu beliau bernama Hantamah binti Hasyim bin
al-Mughirah al-Makhzumiyah. Rasulullah memberi beliau "kun-yah" Abu Hafsh (bapak Hafsh) karena Hafshah adalah anaknya yang paling tua; dan memberi
"laqab" (julukan) al Faruq.
Umar
bin Khattab masuk Islam
Sebelum masuk Islam, Umar bin Khattab
dikenal sebagai seorang yang keras permusuhannya dengan kaum Muslimin,
bertaklid kepada ajaran nenek moyangnya, dan melakukan perbuatan-perbuatan
jelek yang umumnya dilakukan kaum jahiliyah, namun tetap bisa menjaga harga
diri. Beliau masuk Islam pada bulan Dzulhijah tahun ke-6 kenabian, tiga hari
setelah Hamzah bin
Abdul Muthalib masuk Islam.
Ringkas cerita, pada suatu malam beliau datang ke
Masjidil Haram secara sembunyi-sembunyi untuk mendengarkan bacaan shalat Nabi.
Waktu itu Nabi membaca surat al-Haqqah. Umar bin Khattab kagum dengan susunan
kalimatnya lantas berkata pada dirinya sendiri- "Demi Allah, ini adalah syair
sebagaimana yang dikatakan kaum Quraisy." Kemudian
beliau mendengar Rasulullah membaca ayat 40-41 (yang menyatakan bahwa Al Qur'an bukan syair), lantas beliau berkata, "Kalau
begitu berarti dia itu dukun." Kemudian beliau mendengar
bacaan Nabi ayat 42, (Yang menyatakan bahwa Al-Qur'an bukan
perkataan dukun.) akhirnya
beliau berkata, "Telah terbetik lslam di dalam hatiku."
Akan tetapi karena kuatnya adat jahiliyah, fanatik buta, pengagungan terhadap
agama nenek moyang, maka beliau tetap memusuhi Islam.
Kemudian pada suatu hari, beliau keluar dengan
menghunus pedangnya bermaksud membunuh Nabi. Dalam perjalanan, beliau bertemu
dengan Nu`aim bin Abdullah al 'Adawi, seorang laki-laki dari Bani
Zuhrah. Lekaki itu berkata kepada Umar bin Khattab, "Mau
kemana wahai Umar?" Umar bin Khattab menjawab, "Aku ingin
membunuh Muhammad." Lelaki tadi berkata, "Bagaimana
kamu akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhrah, kalau kamu membunuh
Muhammad?" Maka Umar menjawab, "Tidaklah aku melihatmu
melainkan kamu telah meninggalkan agama nenek moyangmu." Tetapi
lelaki tadi menimpali, "Maukah aku tunjukkan yang lebih mencengangkanmu, hai
Umar? Sesuugguhnya adik perampuanmu dan iparmu telah meninggalkan agama yang
kamu yakini."
Kemudian dia bergegas mendatangi adiknya yang sedang
belajar Al Qur'an, surat Thaha kepada Khabab bin al Arat. Tatkala mendengar
Umar bin Khattab datang, maka Khabab bersembunyi. Umar bin
Khattab masuk rumahnya dan menanyakan suara yang didengarnya. Kemudian
adik perempuan Umar bin Khattab dan suaminya berkata, "Kami
tidak sedang membicarakan apa-apa." Umar bin
Khattab menimpali, "Sepertinya kalian telah keluar dari agama nenek
moyang kalian." Iparnya menjawab, "wahai Umar, apa
pendapatmu jika kebenaran itu bukan berada pada agamamu?"
Mendengar ungkapan tersebut Umar bin Khattab memukulnya hingga
terluka dan berdarah, karena tetap saja saudaranya itu mempertahankan agama
Islam yang dianutnya, Umar bin Khattab berputus asa dan menyesal
melihat darah mengalir pada iparnya.
Umar bin Khattab berkata, 'Berikan kitab
yang ada pada kalian kepadaku, aku ingin membacanya.' Maka
adik perempuannya berkata," Kamu itu kotor. Tidak boleh menyentuh kitab
itu kecuali orang yang bersuci. Mandilah terlebih dahulu!" lantas
Umar bin Khattab mandi dan mengambil kitab yang ada pada adik
perempuannya. Ketika dia membaca surat Thaha, dia memuji dan muliakan isinya,
kemudian minta ditunjukkan keberadaan Rasulullah.
Tatkala Khabab mendengar perkataan Umar bin
Khattab, dia muncul dari persembunyiannya dan berkata, "Aku akan beri
kabar gembira kepadamu, wahai Umar! Aku berharap engkau adalah orang yang
didoakan Rasulullah pada malam Kamis, 'Ya Allah, muliakan Islam.dengan Umar bin Khatthab
atau Abu Jahl (Amru) bin Hisyam.' Waktu itu, Rasulullah berada di sebuah rumah di daerah Shafa."
Umar bin Khattab mengambil pedangnya dan menuju rumah tersebut,
kemudian mengetuk pintunya. Ketika ada salah seorang melihat Umar bin
Khattab datang dengan pedang terhunus dari celah pintu rumahnya,
dikabarkannya kepada Rasulullah. Lantas mereka berkumpul. Hamzah bin Abdul Muthalib bertanya, "Ada apa kalian?" Mereka menjawab, 'Umar
(datang)!" Hamzah bin Abdul Muthalib berkata, "Bukalah pintunya. Kalau dia menginginkan kebaikan, maka kita akan
menerimanya, tetapi kalau menginginkan kejelekan, maka kita akan membunuhnya
dengan pedangnya." Kemudian Nabi menemui Umar bin
Khattab dan berkata kepadanya. "... Ya Allah, ini adalah Umar bin Khattab. Ya
Allah, muliakan Islam dengan Umar bin Khattab." Dan dalam riwayat lain: "Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar."
Seketika itu pula Umar bin
Khattab bersyahadat, dan orang-orang yang berada di rumah tersebut
bertakbir dengan keras. Menurut pengakuannya dia adalah orang yang ke-40 masuk
Islam. Abdullah bin Mas'ud berkomentar, "Kami senantiasa berada dalam kejayaan semenjak
Umar bin Khattab masuk Islam."
Kepemimpinan
Umar bin Khattab
Keislaman beliau telah memberikan andil besar bagi
perkembangan dan kejayaan Islam. Beliau adalah pemimpin yang adil, bijaksana,
tegas, disegani, dan selalu memperhatikan urusan kaum muslimin. Pemimpin yang
menegakkan ketauhidan dan keimanan, merobohkan kesyirikan dan kekufuran,
menghidupkan sunnah dan mematikan bid'ah. Beliau adalah orang yang paling baik
dan paling berilmu tentang al-Kitab dan as-Sunnah setelah Abu Bakar As Siddiq.
Kepemimpinan Umar bin Khattab tak seorangpun yang
dapat meragukannya. Seorang tokoh besar setelah Rasulullah SAW dan Abu Bakar As
Siddiq. Pada masa kepemimpinannya kekuasaan islam bertambah luas. Beliau
berhasil menaklukkan Persia, Mesir, Syam, Irak, Burqah, Tripoli bagian
barat, Azerbaijan, Jurjan, Basrah, Kufah dan Kairo.
Dalam masa kepemimpinan sepuluh tahun Umar bin
Khattab itulah, penaklukan-penaklukan penting dilakukan Islam. Tak lama
sesudah Umar bin Khattab memegang tampuk kekuasaan sebagai khalifah,
pasukan Islam menduduki Suriah dan Palestina, yang kala itu
menjadi bagian Kekaisaran Byzantium. Dalam pertempuran Yarmuk (636), pasukan
Islam berhasil memukul habis kekuatan Byzantium. Damaskus jatuh pada
tahun itu juga, dan Darussalam menyerah dua tahun kemudian. Menjelang tahun
641, pasukan Islam telah menguasai seluruh Palestina dan Suriah, dan terus
menerjang maju ke daerah yang kini bernama Turki. Tahun 639, pasukan Islam
menyerbu Mesir yang juga saat itu di bawah kekuasaan Byzantium. Dalam tempo
tiga tahun, penaklukan Mesir diselesaikan dengan sempurna.
Penyerangan Islam terhadap Irak yang saat itu berada
di bawah kekuasaan Kekaisaran Persia telah mulai bahkan sebelum Umar bin
Khattab naik jadi khalifah. Kunci kemenangan Islam terletak pada
pertempuran Qadisiya tahun 637, terjadi di masa kekhalifahan Umar bin
Khattab. Menjelang tahun 641, seseluruh Irak sudah berada di bawah
pengawasan Islam. Dan bukan hanya itu, pasukan Islam bahkan menyerbu langsung
Persia dan dalam pertempuran Nehavend (642), mereka secara menentukan
mengalahkan sisa terakhir kekuatan Persia. Menjelang wafatnya Umar bin
Khattab di tahun 644, sebagian besar daerah barat Iran sudah
terkuasai sepenuhnya. Gerakan ini tidak berhenti tatkala Umar bin
Khattab wafat. Di bagian timur mereka dengan cepat menaklukkan Persia dan bagian
barat mereka mendesak terus dengan pasukan menyeberang Afrika Utara.
Selain pemberani, Umar bin Khattab juga seorang yang
cerdas. Dalam masalah ilmu diriwayatkan oleh Al Hakim dan Thabrani dari Ibnu Mas’ud berkata, ”Seandainya ilmu Umar bin Khattab diletakkan pada
tepi timbangan yang satu dan ilmu seluruh penghuni bumi diletakkan pada tepi
timbangan yang lain, niscaya ilmu Umar bin Khattab lebih berat dibandingkan
ilmu mereka”. Mayoritas sahabatpun berpendapat bahwa Umar bin
Khattab menguasai 9 dari 10 ilmu. Dengan kecerdasannya beliau menelurkan
konsep-konsep baru, seperti menghimpun Al Qur’an dalam bentuk mushaf,
menetapkan tahun hijriyah sebagai kalender umat Islam, membentuk kas negara
(Baitul Maal), menyatukan orang-orang yang melakukan sholat sunah tarawih
dengan satu imam, menciptakan lembaga peradilan, membentuk lembaga perkantoran,
membangun balai pengobatan, membangun tempat penginapan, memanfaatkan kapal
laut untuk perdagangan, menetapkan hukuman cambuk bagi peminum
"khamr" (minuman keras) sebanyak 80 kali cambuk, mencetak mata uang
dirham, audit bagi para pejabat serta pegawai dan juga konsep yang lainnya.
Namun dengan begitu beliau tidaklah menjadi congkak
dan tinggi hati. Justru beliau seorang pemimpin yang zuhud lagi wara’. Beliau berusaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan rakyatnya. Dalam
satu riwayat Qatadah berkata, ”Pada suatu hari Umar bin Khattab memakai
jubah yang terbuat dari bulu domba yang sebagiannnya dipenuhi dengan tambalan
dari kulit, padahal waktu itu beliau adalah seorang khalifah, sambil memikul
jagung ia lantas berjalan mendatangi pasar untuk menjamu orang-orang.”
Abdullah, puteranya berkata, ”Umar bin Khattab berkata, ”Seandainya ada
anak kambing yang mati di tepian sungai Eufrat, maka umar merasa takut diminta
pertanggung jawaban oleh Allah SWT.”
Beliaulah yang lebih dahulu lapar dan yang paling
terakhir kenyang, Beliau berjanji tidak akan makan minyak samin dan daging
hingga seluruh kaum muslimin kenyang memakannya…
Tidak diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab adalah
seorang pemimpin yang arif, bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda
pemerintahan. Bahkan ia rela keluarganya hidup dalam serba kekurangan demi
menjaga kepercayaan masyarakat kepadanya tentang pengelolaan kekayaan negara.
Bahkan Umar bin Khattab sering terlambat salat Jum'at hanya menunggu
bajunya kering, karena dia hanya mempunyai dua baju.
Kebijaksanaan dan keadilan Umar bin
Khattab ini dilandasi oleh kekuatirannya terhadap rasa tanggung jawabnya
kepada Allah SWT. Sehingga jauh-jauh hari Umar bin Khattab sudah
mempersiapkan penggantinya jika kelak dia wafat. Sebelum wafat, Umar berwasiat
agar urusan khilafah dan pimpinan pemerintahan, dimusyawarahkan oleh enam orang
yang telah mendapat ridha Nabi SAW. Mereka adalah Utsman bin
Affan, Ali bin Abu
Thalib, Thalhah bin
Ubaidilah, Zubair binl
Awwam, Sa'ad bin Abi
Waqqash, dan Abdurrahman
bin Auf. Umar
menolak menetapkan salah seorang dari mereka, dengan berkata, aku tidak mau
bertanggung jawab selagi hidup sesudah mati. Kalau AIlah menghendaki kebaikan
bagi kalian, maka Allah akan melahirkannya atas kebaikan mereka (keenam orang
itu) sebagaimana telah ditimbulkan kebaikan bagi kamu oleh Nabimu.
Wafatnya
Umar bin Khattab
Pada hari Rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H Umar Bin
Kattab wafat, Beliau ditikam ketika sedang melakukan Shalat Subuh oleh seorang
Majusi yang bernama Abu Lu’luah, budak milik al-Mughirah bin Syu’bah diduga ia
mendapat perintah dari kalangan Majusi. Umar bin Khattab dimakamkan di samping
Nabi saw dan Abu Bakar as Siddiq, beliau wafat dalam usia 63 tahun.
Di kisahkan pada
suatu masa di kekhalifahan Umar bin Khattab r.a., Gubernur Mesir, Amr
bin ‘Ash berniat untuk membangun
sebuah masjid di samping istananya yang megah. Namun keinginannya itu terbentur
dengan lahan/rumah yang harus digusur, rumah tersebut ternyata dimiliki oleh
seorang nenek Yahudi.
Dengan segala cara
Gubernur Amr
bin ‘Ash
memaksa orang Yahudi itu untuk menjual
tanah tersebut, tetapi tetap saja orang tersebut tidak berniat untuk menjualnya
meski dengan harga tinggi.
Akhirnya, karena
berbagai cara “baik” telah dilakukan dan hasilnya buntu, Sang Gubernur pun
menggunakan tangan besi dengan cara menggusur paksa lahan tersebut. Suatu cara
yang tak islami.
Lalu, orang Yahudi
tersebut pergi ke Madinah untuk mengadu kepada Khalifah Umar bin Khattab.
Akhirnya setelah perjalanan yang cukup panjang,orang tersebut sampailah di
Madinah.
Begitu tiba di
Madinah, orang Yahudi tersebut takjub, karena Khalifah Umar tidak memiliki
istana yang megah seperti istananya Amr
bin ‘Ash. Bahkan orang tersebut
diterima Khalifah Umar di halaman Masjid Nabawi di bawah naungan pohon kurma.
“Ada keperluan apa engkau jauh-jauh
dari Mesir ke sini?” ujar Umar.
orang itu bercerita. Sejak muda ia bekerja keras sehingga dapat membeli sebidang tanah dan membuat gubuk di atas tanah tersebut.
“Akan tetapi, wahai Khalifah Umar, sungguh sangat menyedihkan. Harta satu-satunya yang aku miliki sekarang telah sirna setelah Gubernur Amr bin ‘Ash merampasnya.” ujar orang tua tersebut tanpa rasa takut.
orang itu bercerita. Sejak muda ia bekerja keras sehingga dapat membeli sebidang tanah dan membuat gubuk di atas tanah tersebut.
“Akan tetapi, wahai Khalifah Umar, sungguh sangat menyedihkan. Harta satu-satunya yang aku miliki sekarang telah sirna setelah Gubernur Amr bin ‘Ash merampasnya.” ujar orang tua tersebut tanpa rasa takut.
Laporan tersebut
membuat Khalifah Umar marah dan wajahnya menjadi merah padam.
Setelah amarahnya mereda, orang tua tersebut disuruhnya untuk mengambil tulang belikat unta dari tempat sampah. Lalu diserahkannya tulang itu kepada Khalifah Umar.
Setelah amarahnya mereda, orang tua tersebut disuruhnya untuk mengambil tulang belikat unta dari tempat sampah. Lalu diserahkannya tulang itu kepada Khalifah Umar.
Lalu, Umar
menggores tulang tersebut dengan huruf alif yang lurus dari atas ke bawah, dan
di tengah goresan itu ada lagi goresan melintang menggunakan ujung pedang.
Kemudian tulang
itu pun diserahkan kembali kepada orang tua tersebut sambil berpesan, ” bawalah tulang
ini baik-baik ke Mesir dan berikan kepada Gubernur Amr bin ‘Ash.” jelas
Umar.
Singkat cerita
tulang tersebut diterima oleh Gubernur,Gubernur Amr
bin ‘Ash
yang menerima tulang tersebut menggigil
tubuhnya kedinginan. Wajahnya pucat pasi. Saat itu juga Gubernur Amr
bin ‘Ash
mengumpulkan rakyatnya untuk membongkar
masjid yang sedang dibangun dan membangun kembali gubuk yang reot itu.
Orang tua Yahudi
itu terheran-heran, tidak mengerti tingkah laku Gubernur. Lalu, ia berpikir
keras, “Mengapa ini bisa terjadi?”
“Aku hanya mencari
keadilan di Madinah dan hanya mendapat sebongkah tulang yang busuk. Mengapa
dari benda busuk tersebut itu gubernur menjadi ketakutan?” pikirnya.
Ia lalu bertanya
kepada Sang Gubernur,”ada apa dengan tulang busuk itu” dan “Jangan bongkar dulu
masjid megah ini.” ujarnya.
“Ketahuilah,
tulang itu hanyalah tulang biasa yang busuk pula. tetapi karena pengirimnya
adalah Khalifah Umar, tulang itu menjadi peringatan keras terhadap diriku.”
“Tulang itu
merupakan ancaman Khalifah. Artinya, apapun pangkat dan kekuasaanmu suatu saat
kamu akan bernasib sama seperti tulang ini.”
“Karena itu
bertindak adillah kamu seperti huruf alif yang lurus. Adil di atas dan adil di
bawah. Sebab kalau kau tidak bertindak adil, lurus, seperti goresan tulang itu,
akan kutebas batang lehermu.” jelas Amr
bin ‘Ash
Orang tua itu
tunduk terharu. Ia terkesan dengan keadilan dalam Islam. Akhirnya si Yahudi
tersebut akhirnya mengikhlaskan tanahnya untuk pembangunan masjid dan ia
sendiri masuk islam…Subhanallah.
Kisah 1
Ibnu Abi Dunya meriwayatkan bahwa ketika `Umar bin Khattab
r.a. melewati pemakaman Baqi’, ia mengucapkan salam, “Semoga keselamatan
dilimpahkan padamu, hai para penghuni kubur. Kukabarkan bahwa istri kalian
sudah menikah lagi, rumah kalian sudah ditempati, kekayaan kalian sudah
dibagi.” Kemudian ada suara tanpa rupa menyahut, “Hai `Umar bin Khattab,
kukabarkan juga bahwa kami telah mendapatkan balasan atas kewajiban yang telah
kami lakukan, keuntungan atas harta yang yang telah kami dermakan, dan
penyesalan atas kebaikan yang kami tinggalkan.” (Dikemukakan dalam bab tentang
kubur)
Yahya bin Ayyub al-Khaza’i menceritakan bahwa `Umar bin Khattab mendatangi makam seorang pemuda lalu
memanggilnya, “Hai Fulan! Dan orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya, akan
mendapat dua surga (QS Al-Rahman [55]: 46). Dari liang kubur pemuda
itu, terdengar jawaban, “Hai ‘Umar, Tuhanku telah memberikan dua surga itu
kepadaku dua kali di dalam surga.” (Riwayat Ibnu ‘Asakir)
Kisah 2
Al Taj al-Subki mengemukakan bahwa salah satu karamah Khalifah ‘Umar al-Faruq r.a.
dikemukakan dalam sabda Nabi yang berbunyi, “Di antara umat-umat scbclum kalian, ada orang-orang
yang menjadi legenda. Jika orang seperti itu ada di antara umatku, dialah
‘Umar.”
Kisah 3
Diceritakan bahwa `Umar bin Khattab r.a. mengangkat Sariyah bin Zanim al-Khalji sebagai pemimpin salah satu angkatan perang kaum muslimin untuk menycrang
Persia. Di Gerbang Nihawan, Sariyah dan pasukannya terdesak karena jumlah
pasukan musuh yang sangat banyak, sehingga pasukan muslim hampir kalah.
Sementara di Madinah, `Umar naik ke atas mimbar dan berkhutbah. Di
tengah-tengah khutbahnya, ‘Umar berseru dengan suara lantang, “Hai Sariyah,
berlindunglah ke gunung. Barangsiapa menyuruh serigala untuk menggembalakan
kambing, maka ia telah berlaku zalim!” Allah membuat Sariyah dan
seluruh pasukannya yang ada di Gerbang Nihawan dapat mendengar suara `Umar di
Madinah. Maka pasukan muslimin berlindung ke gunung, dan berkata, “Itu suara
Khalifah `Umar.” Akhirnya mereka selamat dan memperoleh kemenangan.
Al Taj al-Subki menjelaskan bahwa ayahnya (Taqiyuddin al-Subki) menambahkan cerita di atas.
Pada saat itu, Ali menghadiri khutbah `Umar lalu ia ditanya, “Apa maksud
perkataan Khalifah `Umar barusan dan di mana Sariyah sekarang?” Ali menjawab,
“‘Doakan saja Sariyah. Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.” Dan setelah
kejadian yang dialami Sariyah dan pasukannya diketahui umat muslimin di
Madinah, maksud perkataan `Umar di tengah-tengah khutbahnya tersebut menjadi
jelas
Menurut al Taj al-Subki, `Umar r.a. tidak bermaksud menunjukkan karamahnya
ini, Allah-lah yang menampakkan karamahnya, sehingga pasukan muslimin di
Nihawan dapat melihatnya dengan mata telanjang, seolah-olah `Umar menampakkan
diri secara nyata di hadapan mereka dan meninggalkan majelisnya di Madinah
sementara seluruh panca indranya merasakan bahaya yang menimpa pasukan muslimin
di Nihawan. Sariyah berbicara dengan `Umar seperti dengan orang yang ada
bersamanya, baik `Umar benar-benar bersamanya secara nyata atau seolah-olah
bersamanya. Para wali Allah terkadang mengetahui hal-hal luar biasa yang
dikeluarkan oleh Allah melalui lisan mereka dan terkadang tidak mengetahuinya.
Kedua hal tersebut adalah karamah.
Kisah 4
Dalam kitab al-Syamil, Imam al-Haramain menceritakan Karamah ‘Umar yang tampak ketika terjadi gempa bumi pada masa
pemerintahannya. Ketika itu, ‘Umar malah mengucapkan pujian dan sanjungan
kepada Allah, padahal bumi bergoncang begitu menakutkan. Kemudian `Umar memukul
bumi dengan kantong tempat susu sambil berkata, “Tenanglah kau bumi, bukankah aku
telah berlaku adil kepadamu.” Bumi kembali tenang saat itu juga. Menurut
Imam al-Haramain, pada hakikatnya `Umar r.a. adalah amirul mukminin secara
lahir dan batin juga sebagai khalifah Allah bagi bumi-Nya dan bagi penduduk
bumi-Nya, sehingga `Umar mampu memerintahkan dan menghentikan gerakan bumi,
sebagaimana ia menegur kesalahan-kesalahan penduduk bumi.
Kisah 5
Imam al-Haramain juga mengemukakan kisah tentang sungai Nil dalam kaitannya dengan karamah
‘Umar. Pada masa jahiliyah, sungai Nil tidak mengalir sehingga setiap tahun
dilemparlah tumbal berupa seorang perawan ke dalam sungai tersebut. Ketika
Islam datang, sungai Nil yang seharusnya sudah mengalir, tenyata tidak
mengalir. Penduduk Mesir kemudian mendatangi Amr bin Ash dan melaporkan bahwa sungai Nil kering sehingga diberi tumbal dengan
melempar seorang perawan yang dilengkapi dengan perhiasan dan pakaian
terbaiknya. Kemudian Amr bin Ash r.a. berkata kepada mereka, “Sesungguhnya hal ini tidak boleh
dilakukan karena Islam telah menghapus tradisi tersebut.” Maka penduduk
Mesir bertahan selama tiga bulan dengan tidak mengalirnya Sungai Nil, sehingga
mereka benar-benar menderita.
‘Amr menulis surat kepada Khalifah `Umar bin Khattab
untuk menceritakan peristiwa tersebut. Dalam surat jawaban untuk ‘Amr bin Ash,
‘Umar menyatakan, “Engkau benar bahwa Islam telah menghapus tradisi tersebut.
Aku mengirim secarik kertas untukmu, lemparkanlah kertas itu ke sungai Nil!” Kemudian
Amr membuka kertas tersebut sebelum melemparnya ke sungai Nil. Ternyata kertas
tersebut berisi tulisan Khalifah ‘Umar untuk sungai Nil di Mesir yang
menyatakan, “Jika kamu mengalir karena dirimu sendiri, maka jangan mengalir. Namun
jika Allah Yang Maha Esa dan Maha Perkasa yang mengalirkanmu, maka kami mohon
kepada Allah Yang Maha Esa dan Maha Perkasa untuk membuatmu mengalir.”
Kemudian ‘Amr melempar kertas tersebut ke sungai Nil sebelum kekeringan
benar-bcnar terjadi. Sementara itu penduduk Mesir telah bersiap-siap untuk
pindah meninggalkan Mesir. Pagi harinya, ternyata Allah Swt. telah mengalirkan
sungai Nil enam belas hasta dalam satu malam.
Kisah 6
Imam al-Haramain menceritakan karamah `Umar lainnya. ‘Umar pernah
memimpin suatu pasukan ke Syam. Kemudian ada sekelompok orang menghalanginya,
sehingga ‘Umar berpaling darinya. Lalu sekelompok orang tadi menghalanginya
lagi, `Umar pun berpaling darinya lagi. Sekelompok orang tadi menghalangi `Umar
untuk ketiga kalinya dan ‘Umar berpaling lagi darinya. Pada akhirnya, diketahui
bahwa di dalam sekelompok orang tersebut terdapat pembunuh ‘Utsman dan Ali r.a.
Kisah 7
Dalam kitab Riyadh al-Shalihin, Imam Nawawi mengemukakan bahwa Abdullah bin `Umar r.a. berkata, “Setiap kali `Umar mengatakan sesuatu
yang menurut prasangkaku begini, pasti prasangkanya itu yang benar.”
Saya tidak mengemukakan riwayat dari Ibnu `Umar
tersebut dalam kitab Hujjatullah ‘ala al-’Alamin. Kisah tentang
Sariyah dan sungai Nil yang sangat terkenal juga disebutkan dalam kitab Thabaqat
al-Munawi al-Kubra. Dalam kitab tersebut juga dikemukakan karamah ‘Umar
yang lainnya yaitu ketika ada orang yang bercerita dusta kepadanya, lalu `Umar
menyuruh orang itu diam. Orang itu bercerita lagi kepada `Umar, lalu Umar
menyuruhnya diam. Kemudian orang itu berkata, “Setiap kali aku berdusta
kepadamu, niscaya engkau menyuruhku diam.”
Kisah 8
Diccritakan bahwa ‘Umar bertanya kepada seorang
laki-laki, “Siapa namamu?” Orang itu menjawab, “Jamrah (artinya bara).”
`Umar bertanya lagi, “Siapa ayahmu?” Ia menjawab, “Syihab
(lampu).” `Umar bertanya, “Keturunan siapa?” Ia menjawab, “Keturunan Harqah
(kebakaran).” ‘Umar bertanya, “Di mana tempat tinggalmu?” Ia menjawab,
“Di Al Harrah (panas).” `Umar bertanya lagi, “Daerah mana?” Ia
menjawab, “Di Dzatu Lazha (Tempat api).” Kemudian `Umar berkata, “Aku melihat
keluargamu telah terbakar.” Dan seperti itulah yang terjadi.
Kisah 9
Fakhrurrazi dalam tafsir surah Al-Kahfi menceritakan bahwa salah
satu kampung di Madinah dilanda kebakaran. Kemudian `Umar menulis di secarik
kain, “Hai
api, padamlah dengan izin Allah!” ‘Secarik kain itu dilemparkan ke
dalam api, maka api itu langsung padam.
Kisah 10
Fakhrurrazi menceritakan bahwa ada utusan Raja Romawi datang
menghadap `Umar. Utusan itu mencari rumah `Umar dan mengira rumah ‘Umar seperti
istana para raja. Orang-orang mengatakan, “‘Umar tidak memiliki istana, ia
ada di padang pasir sedang memerah susu.” Setelah sampai di padang pasir
yang ditunjukkan, utusan itu melihat `Umar telah meletakkan kantong tempat susu
di bawah kepalanya dan tidur di atas tanah. Terperanjatlah utusan itu melihat
`Umar, lalu berkata, “Bangsa-bangsa di Timur dan Barat takut kepada manusia
ini, padahal ia hanya seperti ini. Dalam hati ia berjanji akan membunuh `Umar
saat sepi seperti itu dan membebaskan ketakutan manusia terhadapnya. Tatkala ia
telah mengangkat pedangnya, tiba-tiba Allah mengeluarkan dua harimau dari dalam
bumi yang siap memangsanya. Utusan itu menjadi takut sehingga terlepaslah
pedang dari tangannya. ‘Umar kemudian terbangun, dan ia tidak melihat apa-apa.
‘Umar menanyai utusan itu tentang apa yang terjadi. Ia menuturkan peristiwa
tersebut, dan akhirnya masuk Islam.
Menurut Fakhrurrazi, kejadian-kejadian luar biasa di atas diriwayatkan
secara ahad (dalam salah satu tingkatan sanadnya hanya ada satu periwayat).
Adapun yang dikisahkan secara mutawatir adalah kenyataan bahwa meskipun `Umar
menjauhi kekayaan duniawi dan tidak pernah memaksa atau menakut-nakuti orang
lain, ia mampu menguasai daerah Timur dan Barat, serta menaklukkan hati para raja
dan pemimpin. Jika anda mengkaji buku-buku sejarah, anda tak akan menemukan
pemimpin seperti ‘Umar, sejak zaman Adam sampai sekarang. Bagaimana ‘Umar yang
begitu menghindari sikap memaksa bisa menjalankan politiknya dengan gemilang.
Tidak diragukan lagi, itu adalah karamahnya yang paling besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar