page

Jumat, 23 Maret 2012

Mengenal Istri Rasulullah SAW ( Khadijah al kubro )


Sayyidah KHADIJAH AL – KUBRA


Khadijah, istri pertama Muhammad Al-Musthafa SAW,utusan Allah SWT-semoga Allah memberkahinya, juga Ahlul Baitnya- serta seorang Mukmin pertama, adalah seorang yang memiliki kepribadian yang mengagumkan. Ia memainkan peran yang gemilang dalam sejarah perkembangan Islam. Dia,bersama dengan Abu Thalib,adalah satu dari dua orang yang memberikan sumbangan terbesar bagi Islam dan kaum Muslim.  Pada awal ketika Islam berada di bawah tekanan yang tak kunjung padam, dan selama tiga tahun lamanya dalam pengepungan dan pemboikotan dari kaum Quraisy, terutama oleh Bani Umayah terhadap Bani Hasyim dan Bani Thalib.
Beliau (Khadijah) dan Abu Thalib (yang mengasuh Nabi dari kecil) mengerahkan segalanya,dengan pengorbanan yang luar biasa.Keteguhan dan kegigihan,visi, serta keimanannya yang kuat,kepada Allah SWT dan kepada Muhammad Al-Musthafa SAW, Rasul-Nya yang terakhir dan termulia,sangat diperlukan sebagai dukungan atas Islam, sepanjang sepuluh tahun pertama keberadaanya.
Khadijah lahir di Mekah , Ia adalah putri Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qusay. Sedang Nabi SAW adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abd Manaf bin Qusay. Jadi keduanya masih dari satu garis keturunan Qusay.
Khuwailid,ayah Khadijah, adalah, seperti kebanyakan anggota suku Quraisy Mekah, juga seorang saudagar. Setelah meninggalnya sang ayah,Khadijah mengurusi bisnis keluarga, dan dengan cepat mengembangkannya. Dengan keuntungan yang didapatnya, ia menolong kaum papa, para janda, anak-anak yatim, orang-orang sakit dan cacat. Kalau ada gadis-gadis miskin, Khadijah menikahkan mereka, dan memberikan mahar untuk mereka.
Khadijah sendiri adalah orang yang lebih senang tinggal di rumah,sedangkan saudara-saudara serta para sepupunya pun tidak menunjukkan ketertarikan untuk melakukan perjalanan bersama kafilah dagang.Karenanya, dia merekrut seorang agen manakala kafilah telah siap berangkat, ia merupakan seorang pedagang terkaya di Mekah.
Ibnu Sa’ad dalam kitab Tabaqat mengatakan bahwa kapan pun kafilah-kafilah Mekah berangkat dalam perjalanan mereka, muatan milik Khadijah setara dengan milik seluruh pedagang Quraisy lainnya. Dia memiliki ungkapan “sentuhan emas”,yaitu manakala ia menyentuh debu maka debu itu niscaya akan berubah menjadi emas. Sebab itulah penduduk Mekah memberinya julukan “Putri Quraisy” (The Princess of Quraisy).Mereka juga menyebutnya “Putri Mekah” (The Princess of Makka).  
Seluruh jazirah Arab merupakan masyarakat yang didominasi laki-laki. Perempuan tidak memeliki kehormatan,bagaimanapun hebatnya ia. Banyak orang Arab meyakini bahwa perempuan adalah pembawa sial, mereka memperlakukan perempuan lebih seperti binatang ternak daripada layaknya manusia. Dalam banyak kasus, mereka membunuh bayi perempuan mereka karena ketakutan mereka, bahwa ia akan menjadi tawanan dalam perang antar suku, dan karenanya, menjadi budak musuh, dan statusnya sebagai budak akan membuat hina keluarga dan sukunya. Mereka membunuhnya dengan alasan takut miskin. Islam menetapkan pembunuhan terhadap bayi perempuan sebagai kejahatan besar.
Allah berfirman,
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa besar” (QS Al-Isra : 31)
Selain dua gelar tadi, lebih menajubkan lagi, Khadijah juga mendapat julukan ath-Thahirah artinya “Yang Suci. Hebatnya, gelar itu diberikan oleh bangsa Arab, orang-orang yang tersohor dengan keangkuhannya, kesombongannya dan fanatisme keunggulan kaum laki-lakinya. Tetapi, akhlak Khadijah merupakan teladan yang demikian konsisten, sehingga berhasil mendapat pengakuan dari mereka dan memanggilnya “Yang Suci”.
Orang Arab memanggilnya Putri Mekkah karena kekayaannya, dan mereka memanggil ath-Thahirah disebabkan reputasinya yang suci, wanita yang berbudi luhur,pribadi yang mulia. Oleh karena itu,maka tidak dapat dielakan lagi bahwa Khadijah menarik perhatian para tokoh dan pemuka Arab. Banyak dari mereka yang mengajukan lamaran kepadanya. Akan tetapi, ia tidak mengindahkannya. Tidak putus asa dengan penolakannya, mereka mencari laki-laki ataupun wanita yang berpengaruh dan memeiliki wibawa untuk menjadi perantara bagi mereka dengannya.
Penolakan Khadijah untuk menerima lamaran pernikahan yang diajukan oleh para petinggi dan penguasa tanah Arab menimbulkan banyak spekulasi laki-laki,seperti apakah yang ia inginkan? Akan tetapi, sang nasib mengetahui jawabannya ; ia akan menikah dengan seseorang yang tidak hanya terbaik di seluruh tanah Arab,tapi juga terunggul dan termulia dari seluruh penciptaan.
Pada awal tahun 595 M, para pedagang Mekah mengumpulkan kafilah musim panas mereka agar membawa dagangan mereka ke Syiria. Khadijah juga telah menyiapkan barang dagangannya, akan tetapi ia tidak mendapati seorang laki-laki yang akan berwenang sebagai agennya. Beberapa anam telah disarankan padanya, namun ia tidak puas.
Melalui beberapa kolega di serikat dagang Mekkah,Abu Thalib mengetahui bahwa Khadijah sedang membutuhkan seorang agen untuk membawa barangnya bersama kafilah ke Syiria. Terpikir oleh Abu Thalib bahwa keponakannya, Muhammad SAW yang berusia 25 tahun,cocok untuk pekerjaan tersebut.Ia tahu bahwa Muhammad SAW tidak mempuinyai pengalaman sebagai agen, tetapi ia pun tahu bahwa Muhammad SAW akan lebih dari mengejar kekurangannya tersebut dengan bakat yang dimilikinya, ia yakin dengan kemampuan dan kapasitas keponakannya.
Karenanya, dengan tanpa persetujuan Muhammad SAW, Abu Thalib menemui Khadijah. Seperti kebanyakan penduduk Mekah lainnya,Khadijah juga telah mendengar tentang integritas Muhammad, orang-orang Mekah menyebutnya ash-Shadiq dan al-Amin. Ia merasa dapat mempercayai Muhammad SAW secara lahir maupun bathin. Ia pun segera setuju untuk menunjuk Muhammad SAW sebagai agennya. Ia mengutus budaknya Maisarah seorang musafir berpengalaman agar bersama Muhammad SAW untuk membantunya dalam tugas tersebut.
Setelah hampir sebulan, kafilah tiba di Syria . Setelah beristirahat, mereka menjualya di pasar, sebagian dijual dengan tunai sebagian lagi dengan cara barter dengan barang lainnya. Akhirnya, ketika  seluruh transaksi penjualan dan pembelian telah selesai, kafilah pun kembali ke Mekkah.
Kedatangan sebuah kafilah selalu membuat kegembiraan seiisi kota . Sebagaimana kebiasaan lama para saudagar dan agen berbagai kafilah tersebut juga mambawa pulang pemberian serta oleh-oleh untuk kerabat dan sahabat. Setiap orang berhasrat melihat buah tangan yang mempesona di depan mata mereka, yakni berbagai kekayaan Syria serta kemewahan kekaisaran Persia dan Romawi.
Setelah memasuki Mekkah, pertama-tama, Muhammad SAW pergi ke pelataran Kab’ah di mana ia melakukan tawaf, kemudian pergi menemui Khadijah. Ia berikan detil laporan perjalanan serta transaksi yang ia jalankan atas namanya. Maisarah, budak Khadijah memiliki cerita sendiri untuk diberitahukan pada Khadijah. Namun baginya jauh lebih menarik keberhasilan misi perniagaan tersebut, ialah karakter dan kepribadian Muhammad SAW sebagai pegusaha. Ia katakan bahwa perhitungan Muhammad SAW jitu, penilaiannya sempurna dan persepsinya tepat. Ia juga menyebutkan keramahan, kesopanan serta kerendahan hatinya Muhammad SAW.
Khadijah tertarik pada cerita Maisarah, dan ia mengajukan banyak pertanyaan padanya perihal agen barunya, Muhammad. SAW Tampak bahwa kharisma dan kecakapan Muhammad SAW telah memikat hati Khadijah, seperti Maisarah, ia pun menjadi pengagumnya.
PERNIKAHAN KHADIJAH
Ekspedisi perniagaan Muhammad SAW ke Syria menjadi pembuka pernikahannya dengan Khadijah. Diceritakan bahwa salah seorang teman karib Khadijah adalah seorang perempuan bangsawan dari Mekah bernama Nafisah (atau Nufaisaa) putri Munyah. Ia tahu bahwa Khadijah telah menolak bayak lamaran. Pertama-tama. Ia bertanya kepada Khadijah apakah ada seorang lelaki di tanah Arab yang memenuhi standarnya. Akhirnya, telah ia dapati bahwa Khadijah tidak terkesan dengan kekayaan atau kedudukan ataupun kekuasaan seseorang. Yang menjadi menarik untuk Khadijah adalah akhlak, sebuah akhlak luhur dan kemulian, hanya tertarik kepada orang yang memiliki etika dan prinsip-prinsip moralitas.
Nafisah juga telah mengetahui bahwa ada seorang laki-laki yang tinggal di Mekkah dan namanya adalah Muhammad SAW. Diceritakan bahwa suatu hari Muhammad SAW pulang dari Ka’bah sewaktu Nafisah menghentikannya, dan percakapan berikut terjadi di antara mereka :
Nafisah : “Wahai Muhammad, engkau seorang pemuda dan masih lajang. Laki-laki yang jauh lebih muda darimu telah menikah, beberapa bahkan telah memiliki anak. Maka mengapa engkau tidak menikah ?”
Muhammad SAW : “Aku tak mampu menikah. Aku tidak cukup kaya untuk menikah”
Nafisah : “Apa pendapatmu seandainya engkau dapat menikah dengan seseorang perempuan cantik, kaya, berkedudukan dan mulia, tanpa mempedulikan kemiskinanmu?”
Muhammad SAW : “Siapakah kiranya wanita itu ?”
Nafisah : ”Wanita itu adalah Khadijah putri Khuwailid.”
Muhammad SAW: “Khadijah ? Bagaimana mungkin Khadijah mau menikah denganku ? Engkau tahu bahwa banyak pemuka Arab yang kaya serta berkuasa, juga para ketua suku yang melamarnya, namun Khadijah menolak mereka”
Nafisah : ” Jika engkau mau menikah dengannya, katakan saja, dan serahkan selebihnya kepadaku. Akan aku atur segalanya.”
Muhammad pun memberitahukan pada pamannya Abu Thalib, serta meminta saran beliau sebelum memberikan jawabannya.Segera setelah Abu Thalib menyetujui perjodohan tersebut, ia mengutus Safiyah saudaranya untuk berbicara seputar lamaran, sampai akhirnya ke jenjang pernikahan.
Pidato Abu Thalib saat pernikahan dan sebagai wali mempelai pria : “Segala puja dan puji bagi Allah, Pencipta langit dan bumi, dan syukur kepada-Nya untuk semua keberkahan, kemurahan, dan kasih-Nya. Dia mengirim kita ke dunia ini sebagai keturunan Ibrahim dan Ismail. Dia memberi kita wewenang atas masjid dan menjadikan kita penjaga-penjaga rumah-Nya, Ka’bah, yang aman dan suci bagi seluruh makhluk-makhluk- Nya.
Keponakanku, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib, adalah orang terbaik di kalangan manusia karena kecerdasannya, kebijaksanaannya, kesucian keturunannya, kesucian kehidupan pribadinya, serta kehormatan keluarganya. Dia memiliki seluruh tanda-tanda untuk ditakdirkan menjadi orang besar. Dia menikahi Khadijah putri Khuwailid dengan mahar 400 dirham emas. Aku nyatakan Muhammad dan Khadijah sebagai suami istri. Semoga Allah memberkahi mereka berdua”   
Waraqah bin Naufal berdiri membacakan pidato pernikahan atas nama mempelai wanita : “Segala puja dan puji bagi Allah. Kami menyaksikan dan membenarkan bahwasanya Bani Hasyim sebagaimana yang telah engkau katakan. Tidak ada yang menolak keutamaan mereka, kami menginginkan pernikahan Khadijah dan Muhammad. Pernikahan mereka menyatukan dua rumah kita, dan bersatunya mereka merupakan sumber kebahagiaan besar bagi kita. Wahai penguasa Mekkah, aku ingin kalian bersaksi bahwa aku menyerahkan Khadijah kepada Muhammad bin Abdullah dengan mahar 400 dirham emas. Semoga Allah SWT membuat pernikahan mereka bahagia”
Pernikahan Muhammad dan Khadijah tersebut adalah yang pertama dan terakhir di dunia ini. Ia adalah satu-satunya pernikahan di seluruh dunia yang mendapat berkah dari langit dan juga keberkahan materi. Ia merupakan pernikahan yang tak terhitung dan terukurkan banyaknya keberkahan, baik dari langit maupun bumi.
Ketika “Putri Mekah” memasuki rumah suaminya, Muhammad al-Musthafa SAW, fase dalam kehidupannya yang paling indah dan sukses dimulai. Fase ini berlangsung selama 25 tahun, sampai saat ajal menjeputnya. Ia segera menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Sejak hari pertama, ia menangani tugas barunya untuk membuat hidup suaminya senang dan bahagia. Dalam melaksanakan kewajibannya tersebut, ia sangat berhasil, sebagaimana sejarah pada masa-masa kemudian dengan fasih menyaksikannya.
Pernikahan membuka babak baru yag baik bagi Muhammad SAW dan Khadijah dalam kehidupan mereka. Ide utama dari babak ini adalah kebahagiaan, suatu kebahagiaan yang paling murni. Pernikahan yang diberkahi kebahagiaan tersebut juga ditambah dengan berkah adanya anak-anak. Anak pertama yang lahir bernama Qasim. Setelah kelahiran Qasim, sang ayah pun dipanggil “Abul Qasim”, sebagaimana kebiasaan orang Arab.
Anak kedua juga seorang laki-laki. Namanya adalah Abdullah. Muhammad SAW memanggil mereka Thahir dan Tayyib. Baik Qasim maupun Abdullah meninggal ketika masih bayi.
Anak Muhammad SAW dan Khadijah yang ketiga dan terakhir sekaligus satu-satunya yang bertahan hidup adalah Fathimah Az-Zahra. Sekalipun banyak pemberian dari Allah SWT atas mereka, tak ada yang lebih berharga dari putrinya. Ia merupakan cahaya mata ayahnya, dan ia adalah penghibur hatinya, ia juga merupakan wanita surga. Ayah dan ibunya menabur kecintaan mereka atasnya, dan ia membawa harapan dan kebahagiaan serta keberkahan dan kasih dari Allah SWT ke dalam rumah mereka.

Khadijah al-Kubra ra

Khadijah rha. adalah orang pertama yang memeluk Islam. Ia menduduki tempat terhormat sebagai istri pertama Nabi Muhammad saw. Waktu ia menikah, Muhammad SAW berusia 25 tahun, dan Khadijah 40 tahun. Pada hari yang telah ditentukan, sanak keluarga Muhammad, termasuk pamannya Abu Thalib dan Hamzah ra, berkumpul di rumah Khadijah rha. Abu Thalib-lah yang memberikan kata sambutan dalam upacara pernikahan mereka. Nabi Muhammad tidak menikah dengan wanita lain selama Khadijah masih hidup. Khadijah sempat mendampingi Muhammad 25 tahun lamanya setelah perkawinan, dan meninggal dunia tiga tahun sebelum Hijrah.

Khadijah memberikan enam anak, dua laki-laki: Qasim dan Abdullah, keduanya meninggal waktu masih bayi dan empat orang anak wanita: Fathimah az-Zahra, Zainab, Ruqaya, dan Ummul Kultsum. Karena Qasim-lah kadang-kadang Nabi disebut Abul Qasim (ayah Qasim). Anaknya - Zainab - dinikahkan dengan sepupu Zainab. Kedua anak perempuan lainnya, Ruqaya rha. dengan Usman ra. dan Ummul Kultsum rha. juga dengan Usman ra. setelah Ruqaya meninggal dunia. Fathimah az-Zahra rha, anak yang paling disayang Nabi, dinikahkan dengan Ali bin abi thalib kw. Keturunan penerus Nabi ialah melalui anak laki-laki Fathimah az-Zahra, Al Hasan dan Al Husain. Kecuali Ibrahim yang juga meninggal dunia dalam usia muda, semua anak Nabi diperoleh dari perkawinan beliau dengan Khadijah. Rumah kediaman Khadijah kemudian dibeli oleh Amir Muawiya dan diubah menjadi masjid. Sampai sekarang, masjid itu masih menggunakan nama wanita agung itu.

Tatkala Nabi SAW mengalami rintangan dan gangguan dari kaum lelaki Quraisy, maka di sampingnya berdiri dua orang wanita. Kedua wanita itu berdiri di belakang da'wah Islamiah, mendukung dan bekerja keras mengabdi kepada pemimpinnya, Muhammad SAW : Khadijah binti Khuwailid dan Fatimah binti Asad. Oleh karena itu Khadijah berhak menjadi wanita terbaik di dunia. Bagaimana tidak menjadi seperti itu, dia adalah Ummul Mu'minin, sebaik-baik isteri dan teladan yang baik bagi mereka yang mengikuti teladannya. Khadijah menyiapkan sebuah rumah yang nyaman bagi Nabi SAW sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan membantunya ketika merenung di Gua Hira'.

Khadijah adalah wanita pertama yang beriman kepadanya ketika Nabi SAW berdoa (memohon) kepada Tuhannya. Khadijah adalah sebaik-baik wanita yang menolongnya dengan jiwa, harta dan keluarga. Peri hidupnya harum, kehidupannya penuh dengan kebajikan dan jiwanya sarat dengan kebaikan. Rasulullah SAW bersabda :"Khadijah beriman kepadaku ketika orang-orang ingkar, dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan dan dia menolongku dengan hartanya ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa." Kenapa kita bersusah payah mencari teladan di sana-sini, pada hal di hadapan kita ada "wanita terbaik di dunia," Khadijah binti Khuwailid, Ummul Mu'minin yang setia dan taat, yang bergaul secara baik dengan suami dan membantunya di waktu berkhalwat sebelum diangkat menjadi Nabi dan meneguhkan serta membenarkannya.

Khadijah mendahului semua orang dalam beriman kepada risalahnya, dan membantu beliau serta kaum Muslimin dengan jiwa, harta dan keluarga. Maka Allah SWT membalas jasanya terhadap agama dan Nabi-Nya dengan sebaik-baik balasan dan memberinya kesenangan dan kenikmatan di dalam istananya, sebagaimana yang diceritakan Nabi SAW, kepadanya pada masa hidupnya. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa ketika Jibril A.S. datang kepada Nabi SAW, dia berkata :"Wahai, Rasulullah, inilah Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah dan makanan atau minuman. Apabila dia datang kepadamu, sampaikan salam kepadanya dari Tuhannya dan aku, dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di surga dari mutiara yang tiada keributan di dalamnya dan tidak ada kepayahan."
(Fadhaail Ashhaabin Nabi SAW, Imam Adz-Dzahabi berkata : "Keshahihannya telah disepakati.")

Bukankah istana ini lebih baik dari pada istana-istana di dunia, hai, orang-orang yang terpedaya oleh dunia ? Sayyidah Khadijah rha. adalah wanita pertama yang bergabung dengan rombongan orang Mu'min yang orang pertama yang beriman kepada Allah di bumi sesudah Nabi SAW. Khadijah rha. membawa panji bersama Rasulullah SAW sejak saat pertama, berjihad dan bekerja keras. Dia habiskan kekayaannya dan memusuhi kaumnya. Dia berdiri di belakang suami dan Nabinya hingga nafas terakhir, dan patut menjadi teladan tertinggi bagi para wanita. Betapa tidak, karena Khadijah rha. adalah pendukung Nabi SAW sejak awal kenabian. Ar-Ruuhul Amiin telah turun kepadanya pertama kali di sebuah gua di dalam gunung, lalu menyuruhnya membaca ayat- ayat Kitab yang mulia, sesuai yang dikehendaki Allah SWT. Kemudian dia menampakkan diri di jalannya, antara langit dan bumi. Dia tidak menoleh ke kanan maupun ke kiri sehingga Nabi SAW melihatnya, lalu dia berhenti, tidak maju dan tidak mundur. Semua itu terjadi ketika Nabi SAW berada di antara jalan-jalan gunung dalam keadaan kesepian, tiada penghibur, teman, pembantu maupun penolong. Nabi SAW tetap dalam sikap yang demikian itu hingga malaikat meninggalkannya. Kemudian, beliau pergi kepada Khadijah dalam keadaan takut akibat yang didengar dan dilihatnya. Ketika melihatnya, Khadijah berkata :"Dari mana engkau, wahai, Abul Qasim ? Demi Allah, aku telah mengirim beberapa utusan untuk mencarimu hingga mereka tiba di Mekkah, kemudian kembali kepadaku." Maka Rasulullah SAW menceritakan kisahnya kepada Khadijah rha. Khadijah rha. berkata :"Gembiralah dan teguhlah, wahai, putera pamanku. Demi Allah yang menguasai nyawaku, sungguh aku berharap engkau menjadi Nabi umat ini."

Nabi SAW tidak mendapatkan darinya, kecuali peneguhan bagi hatinya, penggembiraan bagi dirinya dan dukungan bagi urusannya. Nabi SAW tidak pernah mendapatkan darinya sesuatu yang menyedihkan, baik berupa penolakan, pendustaan, ejekan terhadapnya atau penghindaran darinya. Akan tetapi Khadijah melapangkan dadanya, melenyapkan kesedihan, mendinginkan hati dan meringankan urusannya. Demikian hendaknya wanita ideal. Itulah dia, Khadijah rha, yang Allah SWT telah mengirim salam kepadanya. Maka turunlah Jibril A.S. menyampaikan salam itu kepada Rasul SAW seraya berkata kepadanya :"Sampaikan kepada Khadijah salam dari Tuhannya. Kemudian Rasulullah SAW bersabda
:"Wahai Khadijah, ini Jibril menyampaikan salam kepadamu dari Tuhanmu." Maka Khadijah rha. menjawab :"Allah yang menurunkan salam (kesejahteraan), dari-Nya berasal salam (kesejahteraan), dan kepada Jibril semoga diberikan salam (kesejahteraan)."

Sesungguhnya ia adalah kedudukan yang tidak diperoleh seorang pun di antara para shahabat yang terdahulu dan pertama masuk Islam serta khulafaur rasyidin. Hal itu disebabkan sikap Khadijah rha. pada saat pertama lebih agung dan lebih besar daripada semua sikap yang mendukung da'wah itu sesudahnya. Sesungguhnya Khadijah rha. merupakan nikmat Allah yang besar bagi Rasulullah SAW. Khadijah rha. mendampingi Nabi SAW selama seperempat abad, berbuat baik kepadanya di saat beliau gelisah, menolongnya di waktu-waktu yang sulit, membantunya dalam menyampaikan risalahnya, ikut serta merasakan penderitaan yang pahit pada saat jihad dan menolongnya dengan jiwa dan hartanya. Rasulullah SAW bersabda :"Khadijah beriman kepadaku ketika orang- orang mengingkari. Dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan. Dan dia memberikan hartanya kepadaku ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa. Allah mengaruniai aku anak darinya dan mengharamkan bagiku anak dari selain dia."
( HR. Imam Ahmad dalam "Musnad"-nya, 6/118)

Diriwayatkan dalam hadits shahih, dari Abu Hurairah ra., dia berkata :"Jibril datang kepada Nabi SAW, lalu berkata :"Wahai, Rasulullah, ini Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah, makanan atau minuman. Apabila dia datang kepadamu, sampaikan kepadanya salam dari Tuhannya dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di syurga, (terbuat) dari mutiara yang tiada suara ribut di dalamnya dan tiada kepayahan." (Shahih Bukhari, Bab Perkawinan Nabi SAW dengan Khadijah dan Keutamaannya, 1/539)

Tidak ada komentar: